Postingan

TLB 19 : Marry Me

Semua pakaian Taeyong lenyap, hanya celana dalamnya saja yang tersisa. Tonjolan disana tertera jelas, pipi Nana memanas walau hanya melihatnya sekilas. "Kenapa wajahmu memerah? Kau membayangkan apa yang akan kita lakukan?" "Lebih tepatnya teringat dengan yang pernah kita lakukan." "Berbahagialah karena kita akan melakukannya lagi sekarang." Taeyong menarik lepas celana dalam Nana, setelah itu dengan cepat Taeyong mengambil posisi di antara kaki Nana dan mencumbu liang sutera gadis itu. Nana terkesiap dengan kenikmatan yang datang tiba-tiba setelah beberapa hari tidak dia rasakan. Satu tangan meremas rambut Taeyong, satunya lagi meremas sprei. Ketika punggung melengkung, Taeyong menyelipkan tangannya ke bawah untuk melepas pengait bra Nana. Berhasil dalam sekali coba lalu dilemparnya sembarang arah. Sambil terus menggerakkan lidah dan bibirnya di kewanitaan Nana, tangan Taeyong menari-nari di kedua payudara sintal Nana. Meremas dan memilinnya dengan semanga

Brother 30

Taeyong langsung menangkap maksud Nana. Nafsu yang sedari tadi ditahan seketika meledak. Tanpa menjawab, Taeyong langsung melumat bibir Nana penuh gairah sembari memposisikan diri mereka di atas kasur. "Kamu mau kakak, hm?" Nana mengangguk gugup, lalu Taeyong mulai membuka kancing piyama Nana yang duduk di pangkuannya satu persatu. Mereka tidak berciuman, tetapi bibir mereka berjarak sangat tipis sampai sesekali tertempel. Belum lagi napas berat yang Taeyong keluarkan membuatnya semakin gerah. Setelah piyama, Taeyong lanjut melepas kaitan bra Nana. Perlahan menurunkan talinya sampai akhirnya tubuh atas Nana terpampang tanpa sehelai benang. "Hmm..." lenguh Nana saat kedua tangan Taeyong menyentuh dadanya. Taeyong justru tersenyum mengetahui adiknya begitu sensitif, pancaran matanya seakan kelaparan akan sentuhannya dan sungguh, Taeyong sangat menyukainya. Taeyong mengecup bibir Nana, turun ke lehernya, dan ke belahan dada. Dia sedikit meremas dada Nana agar sedikit m

Brother chptr.11

Ciuman mereka semakin lama semakin memanas, Nana kewalahan menyeimbangi gerakan Taeyong yang sangat menuntut. "Agh.." Nana melenguh saat bibir bawahnya digigit cukup kuat oleh Taeyong, lalu dengan cepat Taeyong melesatkan lidahnya. Mengakses seluruh mulut Nana sembari menidurkan Nana di bawah kungkungannya. "Julurin lidah kamu," bisik Taeyong sembari menekan bibir bawah Nana, dengan suara terberat yang pernah Nana dengar hingga darahnya berdesir kuat. Setelah mendapatkan keinginannya, Taeyong menjilat lidah Nana kemudian menghisapnya. Menyatukan bibir mereka lagi dan berperang lidah di dalam mulut Nana, sementara tangan kanannya melepas kancing piyama pink Nana satu-persatu. Taeyong melirik ke tubuh Nana yang terpampang jelas, mengusap perut mulus Nana lalu berhenti pada payudara kiri gadis itu. "Jangan pakai bra lagi kalo mau tidur, paham?" "I-Iya... mhh..." Nana segera menggigit bibir guna menahan suara yang entah kenapa ingin keluar terus dari

Lecturer2 - 1.4

  Lecturer Chapter 45 Mendapat anggukan dari Nana, Taeyong melumat panas bibir cherry Nana sambil merayapkan tangan kanannya ke dalam air untuk melepas celana dalam istrinya, sedangkan tangan kirinya menahan pinggang Nana. Jika gendongan mereka dilepas, Nana bisa tenggelam. Tinggi dia hanya 157cm sedangkan air setinggi 170cm. Jadi Taeyong hanya menurunkan celana dalam Nana hingga ke ujung paha Nana saja, sekiranya cukup meleluasakan kegiatan mereka sebentar lagi. Nana menarik wajah, mulutnya terbuka tepat di depan mulut Taeyong yang juga terbuka. Mereka sama-sama mengisi paru-paru dengan oksigen setelah ciuman panas. Tapi selain itu, hal yang membuat Nana terengah adalah jemari suaminya di bawah sana. Memainkan klitoris dan menusuk lubangnya dengan jari tengah sesekali. "Ngghhh...."  Nana melenguh seraya membusungkan dadanya, mengundang nafsu keduanya. Dingin kolam tidak berpengaruh apapun, mereka justru begitu terbakar. Taeyong bergegas mengeluarkan penisnya yang sudah meron

Lecturer2 - 1.3

Taeyong mulai mencium bibir Nana dengan panas, sementara tangannya meremas gundukan wanita itu, yang sudah pas di tangannya. Taeyong suka itu. Dia menatap Nana, menyeka hasil ciuman mereka di sekitar area bibir wanita itu lalu menggunakannya untuk menggoda vagina Nana. "Shhhh..." Nana meremang saat dua jari besar miliki suaminya mulai keluar masuk dari inti tubuhnya. Taeyong menyeringai, suka sekali dengan wajah memerah padam istrinya saat tengah dirinya goda seperti ini. Taeyong bertumpu pada lututnya, dia mengambil bantal tidurnya untuk ditaruh di bawah pinggul Nana, lalu menjilat tangannya sendiri dan mengocok miliknya yang sudah tegang sedari tadi. Nana menyaksikan bagaimana itu bangun dan membesar, jantungnya seketika berdegup kencang. "Mmhhh... Taeyong..." rengek wanita itu saat Taeyong menggoda klitorisnya dengan kepala penisnya. "What, baby?" "Masukin..." Taeyong menyeringai dan terus melakukan aksinya, membuat Nana merengut sebal padanya

Lecturer2 - 1.2

Libido Taeyong melonjak begitu saja setelah mendengar suara Nana. Dia kembali mencumbu bibir Nana, sementara tangannya dengan gencar membuka kancing piyama Nana satu-persatu. Setelah terbuka, Taeyong menarik Nana duduk di pangkuannya, melepas piyama Nana dan kaitan bra wanita itu. "Angghh.." Nana meremat rambut Taeyong, menikmati sensasi pijatan tangan dan permainan mulut Taeyong pada pucuk dadanya yang dimanjakan sama rata. Saat Taeyong kembali melumat bibirnya, Nana memanfaatkan hal itu untuk membuka kancing piyama Taeyong. Tapi pria itu mengambil kedua tangan Nana dan ditaruhkannya ke kepala, lalu Taeyong menghentakkan bagian tengah piyamanya. Beberapa kancing terbuka dan beberapa lainnya lepas. Tapi Taeyong tidak peduli dan langsung membuang piyamanya begitu saja. Nana kembali direbahkan, kini tangan Taeyong bergerak membuka celana tidur wanita itu langsung dengan celana dalamnya. "Ng— ahh..." Nana melepas ciuman mereka saat Taeyong menggoda klitorisnya. "S

Lecturer: Chapter II - 0.1

"P-Pelan-pelan..." lirih Nana agak ketakutan. Taeyong paham, ia mengangguk dan mengelus surai Nana. "Iya, kamu tenang aja," ucapnya sembari senyum meyakinkan. Sorot takut Nana menghilang, tandanya ia berhasil menenangkan sang istri. Taeyong kembali melumat bibir Nana, sedalam yang bisa ia capai sekaligus menggencarkan gerakan lidahnya baik menjilat bibir maupun mengobok mulut Sang istri. Nana sendiri berusaha memberikan pelayanan sebaik mungkin pada permainan sang suami. Taeyong turun, memberikan kissmark pada perpotongan leher Nana. Sementara tangannya menyelinap ke belakang sana lalu melempar bra Nana sembarang arah. "J-Jangan diliatin..." lirih Nana yang malu melihat suaminya tertegun memandangi kedua gunung kembarnya. Ia mencoba menutupinya dengan kedua tangan, tapi Taeyong menahannya. "Kamu cantik, Sayang. Sangat cantik," puji Taeyong sembari mengelus kedua gundukan itu lalu memijatnya pelan. Napas Nana langsung memburu. "Sshhhh..."